Jangkau.com – Batu Bara: Aktivis bertopeng melakukan unjuk rasa tunggal di halaman Gedung kantor PT Inalum, Kuala Tanjung, Batubara, Kamis (16/10/2025).
Aksi berkostum Salvador Dali mengatasnamakan Rakyat Pro-Demokrasi tersebut sebagai bentuk protes dan kecaman atas Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal tanpa pesangon yang dilakukan oleh PT. Dinamika Mandiri Karya (DMK)/ Koperasi Karyawan Inalum(Kokalum) pada tahun 2020 hingga 2021silam.
BACA: Dipecat Tanpa Pesangon, Inalum Pelihara Karyawan Bermasalah
Dengan menenteng toa pengeras suara, berteriak menyuarakan segala tuntutannya kepada direktur PT Inalum, Melati Sarnita bertanggungjawab atas tindakan anak buahnya yang mem-PHK ratusan buruh tanpa pesangon.
“Kesewenangan yang terjadi di organ Inalum haram diabaikan. Jangan jadikan perusahaan plat merah milik rakyat ini tempat memelihara karyawan bengis,” teriak aktivis bertopeng, di depan PT Inalum, kamis (16/10/2025).
Terlihat di lokasi, pria bertopeng tersebut melakukan aksi membakar bendera Inalum sebagai simbol perlawanan terhadap kesewenangan.

Tak sampai situ, aktivis itu juga membawa lembaran-lembaran statment aksi yang dibagikan orang sekitar, serta membawa sebuah spanduk bertuliskan; Inalum Gak Berakhlak, dan sejumlah poster beragam tulisan seperti: ‘Pemeras Keringat Buruh; PHK tanpa pesangon butuh tumbal PT.DMK Kokalum PT Inalum; serta ‘Melati Sarnita Jangan Diam! Stop Lindungi Karyawan Bengis.
“Direktur Inalum Melati Sarnita, sebagai penyelenggara negara. Sampai kapan engkau terus diam atas penderitaan buruh akibat ulah anak buahmu. Kenapa pelaku tragedi PHK engkau beri karpet merah? duduki jabatan strategis di Inalum,” ungkapnya.
“Ingat hanya menuntut hak. Bukan untuk merayap hartamu,” sambungnya.
Diungkapkan, PT.DMK/Kokalum merupakan vendor raksasa yang didirikan karyawan Inalum yang selama ini beroperasi di PT Inalum.
Selama beroperasi, jabatan strategis seperti direktur dan komisaris PT DMK/Kokalum terus diduduki oleh para petinggi Inalum.
“Artinya selama ini terjadi konflik of interest, mereka menduduki jabatan ganda. Satu sisi menjabat departemen di Inalum, kemudian juga menjabat direktur dan komisaris di PT DMK maupun Kokalum,” terangnya.
Dengan alibi nakal, sambungnya, secara sepihak mereka menyatakan DMK dan Kokalum bangkrut, lalu meninggalkan beban begitu saja, nasib ratusan para buruh terkatung-katung dan mereka kembali lagi menduduki di jawaban strategis di Inalum.
Aksi aktivis bertopeng tersebut berlangsung selama satu jam hingga akhirnya meninggalkan lokasi. Rencana aksi tersebut akan terus dilaksanakan sampai hak-hak buruh terselesaikan.
Hingga akhirnya secara sepihak peristiwa PHK massal terjadi dan membubarkan perusahaan. (redaksi)